a.
Defenisi
Pilihan kata (DIKSI)
Pilihan
kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu
untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila
tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai
kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu
pengertian.
Pemilihan
kata bukanlah sekedar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga kata mana
yang cocok. Cocok
dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan
maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat
pemakainya.
Sebagai
contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas,
gugur, berpulang, kembali ke haribaan Tuhan,
dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat
bebas digunakan. Karena ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
b.
Syarat
Ketetapan Pemilihan Kata
Diatas
sudah disebutkan bahwa kemahiran memilih kata terkait erat dalam penguasaan
kosakata. Seseorang yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, ia
juga harus memahami perubahan makna seperti yang telah diuraikan dalam bab tiga
buku ini. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat,
seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi.
c.
Gaya
Bahasa dan Idiom

Gaya
bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan
sesuatu. Ada cara yang memulai
perlambang (majas metafora, personafikasi); ada cara yang
menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes); dan masih banyak lagi majas
yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corakseni berbahasa atau
retorika untuk menimbulkan kesan tertentu pada mitra berkomunikasi kita.
Sebelum
menampilkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa
seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu
ü Cara dan media
komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik;
ü Bidang ilmu: filsafat,
sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain;
ü Situasi: resmi,
tidak resmi, setengah resmi;
ü Ruang atau konteks: seminar,
kuliah, ceramah, pidato;
ü Khalayak:
dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, orang dewasa); jenis kelamin
(laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan (rendah, menegah, tinggi), status
sosial;
ü Tujuan:
membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

Idiom
adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya (Moeliono, 1989:17). Menurut badudu (1989:47), “...idiom adalah
bahasa yang teradatkan....” Oleh karena
itu, setiap kata yang membentuk idiom
berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun
dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan.
Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakaibahasa mau
tidak mau harus tunduk padanya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya gulung tikar, adu domba, muka
tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka karena ketiga kelompok kata
yang terakhir itu buka idiom.
d. Kata
Serapan
Kata serapan
adalah kata yang berasal dari bahasa
asing yang sudah diintegrasikan ke dalam
suatu bahasa dan diterima
pemakaiannya secara umum.
Contoh
kata serapan dalam
bahasa
Indonesia
adalah: tetapi (dari bahasa
Sansekerta tathâpi: namun itulah) mungkin (dari bahasa
Arab mumkinun) meski (dari bahasa
Portugis-mas que: walau) Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih
terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa
Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
e.
Kesalahan
Pemakaian Gabungan Kata Dan Kata

Selain
ungkapan idiomatik yang telah dicontohkan. Ada juga gabungan kata lain yang
lain juga fungsinya, berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang
dimaksud adalah yang mana, di mana, dan
daripada. Ketiga bentuk itu sengaja
diangkat di sini karena pemakainya di tengah-
masyarakat
masih banyak yang salah. Perhatikan contoh pemakaian di mana, yang mana, dan daripada yang salah dalam kalimat di bawah ini.
(18)
Marilah
kita dengarkan sambutan yang mana
akan disampaikan oleh Pak Lurah.
(19) Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan RW telah dibacakan...
(20) Demikian tadi samabutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita
untuk lebih tekun bekerja.
(21) Kita perlu mensyukuri nikmat di mana kita telah diberi rezeki oelh
Tuhan.
(22) Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.
(23)
Tujuan daripada
pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di lingkungan unit kerja
kita.
Kalimat
(18) sampai (23) kerap kali kita dengar dalam aktivitas kita bermasyarakat.
Kalau kita amati, ada dua jenis kesalahan dalam pemakaina bentuk gabung diatas.
Kesalahan pertama, dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang
berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat (18) dan (19) tidak
diperlukan. Cobalah baca kalimat (18) dan (19) tanpa mengikutsertakan kata mana ; kedua kalimat itu menjadi efektif
bukan? Demikian juga kalimat (22) dan (23), cobalah dibaca tanpa
mengikutsertakan daripada, pasti
kalimatnya menjadi mulus. Hal itu membuktikan pemalaian bentuk gabung yang mana dalam kalimat (18) dan (19)
dan daripada dalam kalimat (22) dan (23) tidak tepat.
Kesalahan kedua, dalam
sebagian besar kalimat diatas terjadi salah pakai alias salah alamat. Bentuk
gabung di mana tidak boleh dipakai
dalam kalimat (20) dan (21) karena –seperti juga dua bentuk gabung
lainnyaperuntukannya salah. Fungsi di
mana dan yang mana bukan sebagai
penghubung klausa-klausa, baik di dalam sebuah kalimat maupun penghubung antar
kalimat kalimat (20) harus dipecah menjadi dua kalimat, yaitu
(20a)
Demikian tadi sambutan Pak Lurah.
(20b)
Beliau telah menghimbau kita untuk lebih teku bekerja.
Adapun
perbaikan kalimat (21) dapat dilakukandengan menempatkan kata karena sebagai kata penghubung yang
tepat untuk menggantikan di mana sehingga bunyi kalimatnya menjadi
(21a)
kita telah mensyukuri nikmat (Tuhan) karena (kita) telah diberi rezeki oleh Tuhan.
f.
Kesalahan
Pemakaian Kata dengan, di, dan ke
Pemakaian kata dengan
dalam kalimat sreing tidak tepat. Perhatikan contoh yang slah berikut ini.
(32)
*Sampaikan salam saya dengan Dona.
(33)*Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
(34)*Rumahnya diagunkan dengan bank.
Kata
dengan pada kalimat (32), (33), dan
(34) harus diganti dengan kepada.
Jika tidak, kepada siapaslam ditujukan; kepada siapa pertanyaan diajukan; dan
kepada siapa rumah diagunkan; sebenarnya belum jelas. Kata dengan tidak cocok dipakai
dalam ketiga kalimat itu karena dengan dapat berarti bersama. Bukankah pengertian kalimat Rudi pergi dengan Dona sama
dengan Rudi pergi bersama Dona. Karena
itu, kalimat (32), (33), dan (34) harus diperbaiki menjadi seperti berikut ini.
(32a)
Sampaikan salam saya kepada Dona.
(33a)
Mari kita tanyakan lansung kepada dokter ahlinya.
(34a) Rumahnya
diagunkan kepada bank.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar