Sabtu, 09 Juni 2012


a.      Defenisi Pilihan kata (DIKSI)
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga kata mana yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya.
Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Tuhan,  dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Karena ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
b.      Syarat Ketetapan Pemilihan Kata
Diatas sudah disebutkan bahwa kemahiran memilih kata terkait erat dalam penguasaan kosakata. Seseorang yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, ia juga harus memahami perubahan makna seperti yang telah diuraikan dalam bab tiga buku ini. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi.
c.       Gaya Bahasa dan Idiom
*      Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Ada cara yang memulai perlambang (majas metafora, personafikasi); ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes); dan masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corakseni berbahasa atau retorika untuk menimbulkan kesan tertentu pada mitra berkomunikasi kita.
Sebelum menampilkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan komunikannya, yaitu
ü  Cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik;
ü  Bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain;
ü  Situasi: resmi, tidak resmi, setengah resmi;
ü  Ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato;
ü  Khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, orang dewasa); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan (rendah, menegah, tinggi), status sosial;
ü  Tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

*      Idiom dan Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya (Moeliono, 1989:17). Menurut badudu (1989:47), “...idiom adalah bahasa yang teradatkan....”  Oleh karena itu, setiap  kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakaibahasa mau tidak mau harus tunduk padanya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu buka idiom.
d.      Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Contoh kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah: tetapi (dari bahasa Sansekerta tathâpi: namun itulah) mungkin (dari bahasa Arab mumkinun) meski (dari bahasa Portugis-mas que: walau) Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
e.       Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata Dan Kata
*                       Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada
Selain ungkapan idiomatik yang telah dicontohkan. Ada juga gabungan kata lain yang lain juga fungsinya, berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang dimaksud adalah yang mana, di mana, dan daripada. Ketiga bentuk itu sengaja diangkat di sini karena pemakainya di tengah- masyarakat masih banyak yang salah. Perhatikan contoh pemakaian di mana, yang mana,  dan  daripada  yang salah dalam kalimat di bawah ini.
(18)                Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak Lurah.
(19)      Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan RW telah dibacakan...
(20)      Demikian tadi samabutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
(21)      Kita perlu mensyukuri nikmat di mana kita telah diberi rezeki oelh Tuhan.
(22)      Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.
(23)                 Tujuan daripada pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di lingkungan unit kerja kita.
Kalimat (18) sampai (23) kerap kali kita dengar dalam aktivitas kita bermasyarakat. Kalau kita amati, ada dua jenis kesalahan dalam pemakaina bentuk gabung diatas. Kesalahan pertama,  dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat (18) dan (19) tidak diperlukan. Cobalah baca kalimat (18) dan (19) tanpa mengikutsertakan kata mana ; kedua kalimat itu menjadi efektif bukan? Demikian juga kalimat (22) dan (23), cobalah dibaca tanpa mengikutsertakan daripada, pasti kalimatnya menjadi mulus. Hal itu membuktikan pemalaian bentuk gabung yang mana dalam kalimat (18) dan (19) dan daripada  dalam kalimat (22) dan (23) tidak tepat.
Kesalahan kedua, dalam sebagian besar kalimat diatas terjadi salah pakai alias salah alamat. Bentuk gabung di mana tidak boleh dipakai dalam kalimat (20) dan (21) karena –seperti juga dua bentuk gabung lainnyaperuntukannya salah. Fungsi di mana dan yang mana bukan sebagai penghubung klausa-klausa, baik di dalam sebuah kalimat maupun penghubung antar kalimat kalimat (20) harus dipecah menjadi dua kalimat, yaitu
(20a) Demikian tadi sambutan Pak Lurah.
(20b) Beliau telah menghimbau kita untuk lebih teku bekerja.
Adapun perbaikan kalimat (21) dapat dilakukandengan menempatkan kata karena sebagai kata penghubung yang tepat untuk menggantikan  di mana  sehingga bunyi kalimatnya menjadi
(21a) kita telah mensyukuri nikmat (Tuhan) karena (kita) telah diberi rezeki oleh Tuhan.
f.       Kesalahan Pemakaian Kata dengan, di, dan ke

Pemakaian  kata dengan dalam kalimat sreing tidak tepat. Perhatikan contoh yang slah berikut ini.
(32) *Sampaikan salam saya dengan  Dona.
(33)*Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
(34)*Rumahnya diagunkan dengan bank.

Kata dengan pada kalimat (32), (33), dan (34) harus diganti dengan kepada. Jika tidak, kepada siapaslam ditujukan; kepada siapa pertanyaan diajukan; dan kepada siapa rumah diagunkan; sebenarnya belum jelas. Kata  dengan tidak cocok dipakai dalam ketiga kalimat itu karena  dengan dapat berarti bersama. Bukankah pengertian kalimat Rudi pergi dengan Dona sama dengan Rudi pergi bersama Dona. Karena itu, kalimat (32), (33), dan (34) harus diperbaiki menjadi seperti berikut ini.
(32a) Sampaikan salam saya kepada Dona.
(33a) Mari kita tanyakan lansung kepada dokter ahlinya.
(34a) Rumahnya diagunkan kepada bank.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar